Dampak AI pada E-Commerce Fashion: Wawasan dari Laporan Ecommerce Global BigCommerce 2024
Daftar Isi
Pertumbuhan Industri E-commerce Fashion Didorong oleh Artificial Intelligence
Menurut Laporan Ecommerce Global 2024 dari BigCommerce, industri fashion dan pakaian mengalami peningkatan nilai barang dagangan kotor (GMV) sebesar 10,7% dari K1 2023 hingga K1 2024. Pertumbuhan ini dipengaruhi oleh peningkatan pesanan sebesar 7,2% selama periode yang sama. Nilai pesanan rata-rata (AOV) juga meningkat dari $160 menjadi $165.
Untuk mengoptimalkan strategi omnichannel, brand-brand fashion sekarang fokus pada ekosistem ritel yang dipersonalisasi, yang disebut “composable retail” oleh BigCommerce. Hal ini melibatkan penggunaan artificial intelligence (AI) untuk memprediksi permintaan, menetapkan harga, meningkatkan desain produk, dan terhubung dengan pelanggan dengan cara baru.
Personalisasi dan Strategi Terhubung dengan Konsumen
Personalisasi dan strategi terhubung dengan konsumen sangat penting untuk memenuhi perilaku konsumen yang terus berkembang dan permintaan akan rekomendasi produk yang akurat serta pengalaman ritel yang disesuaikan. Namun, mengimplementasikan personalisasi dalam e-commerce adalah hal yang kompleks. Brand-brand perlu mengembangkan algoritma untuk memprediksi perilaku pelanggan atau menggunakan platform perangkat lunak yang dapat menangani tugas ini. Saat ini, hanya 20% brand yang menyesuaikan rekomendasi produk berdasarkan riwayat pembelian pelanggan.
Masa Depan E-commerce dan Peran Artificial Intelligence
Masa depan e-commerce terletak pada platform composable yang memungkinkan brand untuk menyesuaikan pengalaman untuk kelompok pelanggan yang berbeda dan kebutuhan individu. AI dan machine learning dapat memanfaatkan data pelanggan untuk menyampaikan pesan yang tepat pada waktu yang tepat. Kemampuan penetapan harga dinamis juga penting untuk beradaptasi dengan fluktuasi daya beli pelanggan dan mengelola dampak inflasi pada konsumen.
AI memiliki berbagai kasus penggunaan dalam fashion, termasuk bantuan belanja online, deskripsi produk, penciptaan kampanye, dan penulisan teks. Hal ini dapat meningkatkan produktivitas fungsi pemasaran sebesar 5-15% dari total pengeluaran pemasaran. Namun, hanya 5% eksekutif fashion yang sepenuhnya siap untuk memanfaatkan AI generatif dengan sebaik-baiknya.
Teknologi AI juga dapat menganalisis data dari rantai pasok, mengidentifikasi ketidakefisienan, dan memberikan saran perbaikan. Hal ini terutama efektif dalam meramalkan tren. McKinsey & Company memperkirakan bahwa gen AI dapat menambah potensi ekonomi hingga $275 miliar pada laba operasional sektor pakaian, fashion, dan mewah.
Kesimpulannya, AI sedang mengubah industri e-commerce fashion, menawarkan peluang untuk pengalaman yang dipersonalisasi, strategi pemasaran yang lebih baik, dan optimasi rantai pasok. Brand-brand perlu merangkul teknologi AI untuk tetap kompetitif dalam lanskap digital yang terus berkembang.